Dalam sebuah seminar rumah tangga, seorang audience tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalo saya menikah dengan orang yang tepat?"
Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya, jadi saya menjawab, "Ya... tergantung. Apakah pria di sebelah anda itu suami anda?"
Dengan sangat serius dia balik bertanya, "Bagaimana anda tahu?!"
"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini. Inilah jawabannya."
SETIAP ikatan memiliki siklus. Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telepon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat, begitu menyenangkan.
Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Ngga perlu berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh" cinta!
Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda.
Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi? Setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar, perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.
Perlahan tapi pasti... telepon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya nggak selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang bersemangat bukannya jadi hal yang manis, tapi malah nambahin penat yang ada?